Semua Artikel Blog Ini tidak akan berdampak sebelum anda ACTION! Dream, Pray n' ACTION!

Thursday, May 24, 2012

Yusuf Mansur | REPUTASI RASULULLAH SAW # 2



Yusuf Mansur | REPUTASI RASULULLAH SAW # 2
Apa yang membedakan cara Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam memimpin umatnya dan mengelola negara dengan para pemimpin-pemimnpin jaman ini? Jawabannya, tidak lain disamping kepribadian beliau (Muhammad) yang agung dan sangat memukau juga karena beliau menjadikan agama (Islam) sebagai panglima dari kekuasaan. Sementara pemimpin abad ini, selalu menjadikan politik sebagai panglima.
Menariknya diawal dakwah, Allah mengharuskan Nabi Muhammad mengibarkan bendera La ilaha ill-Allah bukan bendera lainnya.

Misalnya ada peluang, bahwa Nabi yang dikenal Al Amien alias terpercaya sebelumnya, ia berpotensi sebagai pemersatu bangsa arab, ditengah dominasi Romawi dan Persia yang mendominasi ketika itu. Apalagi bangsa arab ada masalah karena banyaknya perpecahan kabilah atau kesukuan, dan jika Nabishollallahu ’alaih wa sallam berhasil mempersatukan bangsa Arab yang semula berpecah, maka beliau yang dikenal sebelumnya sebagai manusia terpercaya atau al amien, akan diberi hak memimpin dan berkuasa. Lalu beliau selanjutnya akan berpeluang memanfaatkan posisi tersebut untuk menanamkan aqidah Tauhid sesuai perintah Allah.

Bukankah ini strategi yang lebih bijaksana?

Daripada harus berkonfrontasi sejak hari pertama dengan bangsa sendiri, bukankah mengibarkan panji Nasionalisme Arab menjadi langkah yang bisa lebih mulus dan penuh maslahat ?

Barangkali ada yang mengatakan : Adalah sepantasnya bagi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, setelah bangsa Arab memperkenankan seruannya dalam bentuk yang seperti ini, dan setelah menyerahkan pimpinan dan kekuasaan kepadanya, setelah ia mengumpulkan kekuasaan di tangannya dan kemuliaan di atas kepalanya, baru setelah itu ia mempergunakan semuanya ini untuk menanamkan aqidah tauhid yang dengannya ia telah diutus, menghambakan manusia kepada kekuasaan Tuhan mereka, setelah ia menghambakan mereka kepada kekuasaan manusiawi dirinya sendiri.

Tetapi Tuhan Yang Mahasuci, yaitu Yang Mahatahu dan Mahabijaksana, tidak mengarahkan RasulNya s.a.w. ke arah yang seperti ini, tetapi mengarahkannya kepada agar ia menjelaskan La ilaha illa-llah, dan agar ia bersama sejumlah kecil pengikut yang telah memperkenankan seruannya menanggung segala penderitaan ini. Betapapun terlihat penuh kesukaran dan penderitaan, namun jalan mengibarkan bendera La ilaha ill-Allah merupakan jalan Nabishollallahu ’alaih wa sallamyang benar-benar menghasilkan manusia-manusia pilihan sejak hari pertama. Merekalah para kader da’wah sejati yang tidak mudah tergiur oleh berbagai kenikmatan dunia yang menipu, dan tidak mundur walau dihadapkan kepada berbagai ancaman dan siksaan.

Maka waspadai logika keliru yang menyuruh umat Islam untuk berfikir meraih kekuasaan dan kepemimpinan terlebih dahulu selanjutnya barulah berda'wah terang-terangan kepada aqidah La ilaha ill-Allah. Suatu logika yang jelas-jelas Nabishollallahu ’alaih wa sallamtolak sejak hari pertama.

Sesungguhnya Allah bermaksud agar jangan sampai da’wah berkembang menjadi suatu seruan yang menyingkirkan tiran dari kalangan bangsa-bangsa tertentu untuk selanjutnya menghadirkan tiran baru dari kalangan bangsa yang semula berda’wah atas nama agama Allah itu sendiri.

Padahal seruan Tauhid La ilaha ill-Allah justru mengandung makna pokok yaitu mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba (sesama manusia) untuk menghamba hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Tauhid kepada Allah menjadikan Allah sebagai pusat tujuan, dan mengambil panduan Qur'an dan Sunnah sebagai aturan sebagai bentuk ibadah, disana tidak ada tujuan kepentingan manusia, semua pendapat, kepentingan harus tunduk dibawah Kalimah Allah sebagai pusat tujuan. Dan pada akhirnya ketundukan kepada Allah SWT menjadikan ruh utama dalam menjalankan kehidupan. Tidak ada lagi penyelewengan, kemaksiatan, perusakan sumber daya alam, karena kepentingannya bersandar kepada Allah SWT dari Quran dan Sunnah.

Allah SWT berfirman artinya,“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…”(QS Al Maidah ayat 49)




Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Yusuf Mansur, Jamil Azzaini, Ippho Santosa. Jaya Setia Budhi, Inspirasi Bisnis yang lainya?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...